Jumat, 23 November 2012
Seiring dengan perkembangan zaman di era
teknologi informasi dan kemajuan iptek yang semakin tidak terbendung lagi,
pesantren sebagai sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan
sosial keagamaan, harus senantiasa melakukan pengembangan, terutama di bidang
manajemen dan kurikulum pendidikan. Pengembangan pesantren tentu tidak terlepas
dari adanya pelbagai kendala yang harus dihadapi. Dewasa ini, dunia secara
dinamis telah menunjukkan perkembangan dan perubahan secara cepat, yang
tentunya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap
dunia pesantren.
Dengan adanya
boarding school maka pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu
umum diharapkan akan membentuk kepribadian yang utuh setiap siswanya. Pelayanan
pendidikan dan bimbingan dengan sistem boarding school yang diupayakan selama
24 jam, akan diperoleh penjadwalan pembelajaran yang lebih leluasa dan
menyeluruh, segala aktifitas siswa akan senantiasa terbimbing, kedekatan antara
guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan selalu diketahui dan
segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan senantiasa diterarpkan
karena murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24 jam. Sehingga pembinaan
mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan, dan maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas secara singkat mengenai
sistem pendidikan sekolah terpadu (berasrama) yang merupakan bagian dari
pembaharuan sistem pendidikan pesantren yang modern yang lebih dikenal dengan
boarding school.
1.
Rumusan Masalah
a.
Pengertian
Boarding School
b.
Sistem Boarding School
c.
Keunggulan
dan kelemahan Boarding School
d.
Hasil
lulusan Boarding School
2.
Tujuan Pembahasan
a.
Memahami
tentang pengertian Boarding School
b.
Mengetahui Sistem Boarding School
c.
Mengetahui
tenteng keunggulan dan kendala Boarding School
d.
Untuk
mengetahui hasil lulusan Boarding School
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Sistem pembelajaran boarding merupakan sistem pembelajaran dimana
siswa tinggal berasrama dengan aktifitas yang padat. Sistem pembelajaran
boarding selalu dalam pengawasan pihak sekolah 24 jam sehingga jadwal belajar
dapat optimal. Disinilah karakter demi karakter dipersiapkan untuk menghadapi
masa depan. Sutrisno dalam artikelnya yang berjudul Problem dan Solusi Pendidikan
Sekolah Berasrama menyebutkan beberapa keunggulan yang dimiliki oleh
boarding school dibandingkan sekolah lain. Diantaranya adalah program
pendidikan yang paripurna, lingkungan yang kondusif, guru yang berkualitas,
siswa yang heterogen, jaminan keamanan dan disiplin yang tinggi.
Program pendidikan paripurna adalah salah satu keunggulan
boarding school. Sekolah-sekolah regular pada umumnya hanya sibuk dengan
keadaan akademis. Sehingga, banyak aspek kehidupan yang seharusnya mereka
pelajari harus ketinggalan karena keterbatasan waktu yang mereka miliki.
Berbeda dengan boarding school. Disini mereka mempunyai waktu penuh selama 24
jam. Mereka dapat mempraktekan apa saja yang telah diajarkan disekolah atau
asrama. Disini juga mereka akan berlatih menjadi pemimpin dengan berbagai macam
organisasi yang dipegangnya. Mereka akan mencari solusi setiap ada masalah
dengan keterbatasan yang mereka miliki. Disinilah mereka akan dituntut untuk
berpikir dengan keterbarasan yang ada. Sehingga terbentuklah pemipin-pemimpin
bangsa yang berpikir kritis. Lingkungan yang kondusif dapat menjadi alasan
mengapa kita memilih boarding school. Dalam sekolah berasrama semua elemen yang
ada dalam komplek sekolah terlibat dalam
proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau bisa dibalik gurunya bukan
hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang dewasa yang ada di boarding school
adalah guru. Siswa tidak bisa lagi diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa
melihat langsung praktek kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya
dilihatnya di dalam kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya. Sehingga ketika
mempelajari tertib bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai tukang sapu
sampai principal berbahasa asing. Begitu juga
dalam mempelajari berbagai hal lainnya termasuk dalam melatih kemimpinan.
Selain itu, sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasan intellectual, sosial, spiritual, dan kemampuan paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris pada setiap guru di sekolah berasrama. Dengan penguasaan berbagai macam bahasa asing, sang guru akan dapat mewarisi kemampuan berbahasanya bagi anak didiknya. Boarding school juga mampu menampung siswa yang heterogen. Dengan berbagai macam latar belakang, Social, budaya, tingkat kecerdasan serta kemampuan akademik yang beragam. Mereka semuanya akan ditempa dengan kondisi yang sama. Mulai dari makan, istirahat, hingga proses belajar mengajar mereka akan melaluinya secara bersama-sama. Disinilah nantinya akan terbentuk karakter social yang tinggi diantara siswa. Ketika salah satu dari mereka mengalami masalah, maka orang pertama yang akan menolongnya adalah teman- teman terdekatnya. Di sinilah berbagai macam karakter kepemimpinan akan terbentuk. Mereka harus belajar untuk memimpin diri sendiri khususnya. Seperti kita ketahui tiap bulannya mereka menerima uang saku dari orang tua atau pihak tertentu yang menyediakan dana selama mengikuti pendidikan. Dengan uang saku yang sangat terbatas itu, sang pelajar harus mengalokasikan sesuai kebutuhan dengan sehemat mungkin hingga akhir bulannya. Apabila mereka boros, maka tentu saja mereka akan menanggung akibatnya sendiri. Kebutuhan mereka tidak akan terpenuhi lagi.Oleh karena itu umumnya mereka akan belajar dari sini. Efek ini tentunya akan sangat berpengaruh bagi siswa yang tinggal di asrama tadi terhadap perkembangan masa depannya. Contoh uang saku tadi mungkin sangat sepele. Tapi jika kita mau menelaahnya lebih dalam, akan mengandung suatu makna yang sangat besar. Ibaratnya, jika siswa tadi mampu mengelola uang sakunya dengan baik, bukan tidak mungkin suatu saat nanti dia juga akan mampu mengelola uang Negara yang begitu banyaknya. Contoh lainnya adalah dalam berorganisasi. Di sekolah-sekolah lanjutan menengah pertama (SMP) ataupun menengah atas (SMA) telah berdiri beberapa organisasi, seperto OSIS (Organisasi Intra Sekolah), Rohis, MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas), dan banyak lagi. Dengan adanya boarding school organisasi ini pastinya akan lebih aktif. Akan lebih banyak program-program yang akan mereka kerjakan selama satu tahun kedepan. Di sini mereka mempunyai waktu lebih untuk mengapresiasikan sikap kepemimpinan mereka. Jika di sekolah-sekolah reguler lainnya hanya organisasinya hanya berjalan pada saat proses belajar mengajar, siswa yang tinggal di asrama dapat melakukan kegiatannya organisasinya hingga pada malam hari. Inilah salah satu keuntungan tinggal di asrama.
dalam mempelajari berbagai hal lainnya termasuk dalam melatih kemimpinan.
Selain itu, sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasan intellectual, sosial, spiritual, dan kemampuan paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris pada setiap guru di sekolah berasrama. Dengan penguasaan berbagai macam bahasa asing, sang guru akan dapat mewarisi kemampuan berbahasanya bagi anak didiknya. Boarding school juga mampu menampung siswa yang heterogen. Dengan berbagai macam latar belakang, Social, budaya, tingkat kecerdasan serta kemampuan akademik yang beragam. Mereka semuanya akan ditempa dengan kondisi yang sama. Mulai dari makan, istirahat, hingga proses belajar mengajar mereka akan melaluinya secara bersama-sama. Disinilah nantinya akan terbentuk karakter social yang tinggi diantara siswa. Ketika salah satu dari mereka mengalami masalah, maka orang pertama yang akan menolongnya adalah teman- teman terdekatnya. Di sinilah berbagai macam karakter kepemimpinan akan terbentuk. Mereka harus belajar untuk memimpin diri sendiri khususnya. Seperti kita ketahui tiap bulannya mereka menerima uang saku dari orang tua atau pihak tertentu yang menyediakan dana selama mengikuti pendidikan. Dengan uang saku yang sangat terbatas itu, sang pelajar harus mengalokasikan sesuai kebutuhan dengan sehemat mungkin hingga akhir bulannya. Apabila mereka boros, maka tentu saja mereka akan menanggung akibatnya sendiri. Kebutuhan mereka tidak akan terpenuhi lagi.Oleh karena itu umumnya mereka akan belajar dari sini. Efek ini tentunya akan sangat berpengaruh bagi siswa yang tinggal di asrama tadi terhadap perkembangan masa depannya. Contoh uang saku tadi mungkin sangat sepele. Tapi jika kita mau menelaahnya lebih dalam, akan mengandung suatu makna yang sangat besar. Ibaratnya, jika siswa tadi mampu mengelola uang sakunya dengan baik, bukan tidak mungkin suatu saat nanti dia juga akan mampu mengelola uang Negara yang begitu banyaknya. Contoh lainnya adalah dalam berorganisasi. Di sekolah-sekolah lanjutan menengah pertama (SMP) ataupun menengah atas (SMA) telah berdiri beberapa organisasi, seperto OSIS (Organisasi Intra Sekolah), Rohis, MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas), dan banyak lagi. Dengan adanya boarding school organisasi ini pastinya akan lebih aktif. Akan lebih banyak program-program yang akan mereka kerjakan selama satu tahun kedepan. Di sini mereka mempunyai waktu lebih untuk mengapresiasikan sikap kepemimpinan mereka. Jika di sekolah-sekolah reguler lainnya hanya organisasinya hanya berjalan pada saat proses belajar mengajar, siswa yang tinggal di asrama dapat melakukan kegiatannya organisasinya hingga pada malam hari. Inilah salah satu keuntungan tinggal di asrama.
Jaminan keamanan dan disiplin yang tinggi juga terdapat di boarding
school. Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar “dosa” dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat. Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan kesehatan (tidak terkena penyakit menular), tidak NARKOBA, terhindar dari pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik (tauran dan perpeloncoan), serta jaminan pengaruh kejahatan dunia maya. Memang, membutuhkan pengorbanan yang sangat berat untuk tinggal diasrama. Tapi inilah salah satu solusi untuk mencari pemimpin-pemimpin masa depan yang handal. Yang mempunyai pemikiran kritis. Yang mampu mengayomi masyarakatnya. Berapa banyak lagi keunggulan-keunggulan boarding school yang harus penulis paparkan agar menjadi sebuah wahana untuk membuat perubahan bagi negeri ini dengan keharian pemimpin-pemimpin sejati. Walaupun masih banyak kekurangan di sana sini yang dimiliki oleh boarding school seperti lokasi asrama dan sekolah yang berdekatan. Ini memang akan membuat jenuh bagi siswa-siswinya. Tapi untuk sebuah perjuangan menjadi sosok pemimpin yang di cita-citakan itu bukanlah sebuah alasan menolak untuk ditempa di sekolah berasrama. Mudah-mudahan dengan kehadiran tukilan sebuah tulisan sederhana ini dapat menjadi sebuah inspirasi nantinya bagi pemerintah, masyarakat serta kaum pelajar khususnya dalam menaggapi kehadiran boarding school di negeri ini.
school. Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar “dosa” dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat. Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan kesehatan (tidak terkena penyakit menular), tidak NARKOBA, terhindar dari pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik (tauran dan perpeloncoan), serta jaminan pengaruh kejahatan dunia maya. Memang, membutuhkan pengorbanan yang sangat berat untuk tinggal diasrama. Tapi inilah salah satu solusi untuk mencari pemimpin-pemimpin masa depan yang handal. Yang mempunyai pemikiran kritis. Yang mampu mengayomi masyarakatnya. Berapa banyak lagi keunggulan-keunggulan boarding school yang harus penulis paparkan agar menjadi sebuah wahana untuk membuat perubahan bagi negeri ini dengan keharian pemimpin-pemimpin sejati. Walaupun masih banyak kekurangan di sana sini yang dimiliki oleh boarding school seperti lokasi asrama dan sekolah yang berdekatan. Ini memang akan membuat jenuh bagi siswa-siswinya. Tapi untuk sebuah perjuangan menjadi sosok pemimpin yang di cita-citakan itu bukanlah sebuah alasan menolak untuk ditempa di sekolah berasrama. Mudah-mudahan dengan kehadiran tukilan sebuah tulisan sederhana ini dapat menjadi sebuah inspirasi nantinya bagi pemerintah, masyarakat serta kaum pelajar khususnya dalam menaggapi kehadiran boarding school di negeri ini.
Untuk bangkit dari sebuah keterpurukan dibutuhkan pengorbanan yang
luar biasa.
Terutama untuk bangkit memajukan Tanah Air kita ini. Oleh karena itu, khususnya bagi kaum pelajar, marilah kita gunakan kesempatan yang ada untuk mengabdi ke pada bangsa dan negeri tercinta ini. Karena yakinlah, masa depan Indonesia nanti berada di tangan kita kaum pelajar.
Terutama untuk bangkit memajukan Tanah Air kita ini. Oleh karena itu, khususnya bagi kaum pelajar, marilah kita gunakan kesempatan yang ada untuk mengabdi ke pada bangsa dan negeri tercinta ini. Karena yakinlah, masa depan Indonesia nanti berada di tangan kita kaum pelajar.
2. System Boarding School
Boarding school terdiri
dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding berarti asrama. Dan school
berarti sekolah. Boarding School adalah sistem sekolah berasrama, dimana
peserta didik dan juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang
berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester
diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya.
Di lingkungan sekolah,
para siswa dapat melakukan interaksi dengan sesama siswa, bahkan berinteraksi
dengan para guru setiap saat. Contoh yang baik dapat mereka saksikan langsung
di lingkungan mereka tanpa tertunda. Dengan demikian, pendidikan kognisi,
afektif, dan psikomotor siswa dapat terlatih lebih baik dan optimal.
Boarding School yang
baik dijaga dengan ketat agar tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak
sesuai dengan sistem pendidikan atau dengan ciri khas suatu sekolah berasrama.
Dengan demikian peserta didik terlindungi dari hal-hal yang negatip seperti
merokok, narkoba, tayangan film/sinetron yang tidak produktif dan sebagainya.Di
sekolah dengan sistem ini, para siswa mendapatkan pendidikan dengan kuantitas
dan kualitas yang berada di atas rata-rata pendidikan dengan sistem
konvensional.
Untuk menjawab kemajuan jaman, sekolah-sekolah
dengan sistem boarding telah merancang kurikulumnya dengan orientasi kebutuhan
masa depan. Penerapan pembelajaran berbasis IT semisal penggunaan bahan ajar
dengan power point, flash, penggunaan internet sebagai sumber informasi utama,
pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar yang efektif, penayangan film
yang relevan dengan materi pelajaran, penggunaan lab bahasa dan lab komputer
yang intensif, telah lazim diterapkan di sekolah-sekolah ini. Kurikulum yang
disajikan kepada para siswapun sedikit berbeda di banding sekolah lainnya.[1]
Di lingkungan sekolah ini, para siswa dipacu
untuk menguasai ilmu dan teknologi secara intensif. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi dampak perkembangan iptek yang begitu pesat. Adapun sekolah yang
berbasis Islamic boarding school memiliki srategi pendidikan islam dalam menghadapi
tantangan modernisasi.
Prinsip dasar pendidikan islam dengan sistem
boarding school, berupaya mengintegrasikan ayat qauliyah (ayat Al qu’an) dan
kauniyah (ayat tanda kebesaran Allah dalam alam semesta), iman dan ilmu, aspek
fikriyah dan ruhiyah dengan jasadiyah yang diimlementasikan dalam pembelajaran
dan hubungan sosial siswa. Dalam kegiatan kurikuler, kokurikuler,
ekstrakurikuler, baik di sekolah, asrama dan lingkungan masyarakat yang
dipantau oleh guru-guru selama 24 jam. Kesesuaian sistem boardingnya, terletak
pada semua aktivitas siswa yang diprogramkan, diatur dan dijadwalkan dengan
jelas. Sementara aturan kelembagaannya sarat dengan muatan nilai-nilai moral.
Kelebihan-kelebihan lain dari sistem
ini adalah : sistem boarding lebih menekankan pendidikan kemandirian. Berusaha
menghindari dikotomi keilmuan (ilmu agama dan ilmu umum). Dengan pembelajaran
yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum diharapkan akan membentuk
kepribadian yang utuh setiap siswanya menjadikan siswanya menjadi siswa yang
bertqwa kepada Allah, cerdas dalam berfikir dibidang imtaq dan iptek, serta
mandiri dalam menjalankan kehidupan. Pelayanan pendidikan dan bimbingan dengan
sistem boarding school yang diupayakan selama 24 jam, akan diperoleh penjadwalan
pembelajaran yang lebih leluasa dan menyeluruh, segala aktifitas siswa akan
senantiasa terbimbing baik dari segi ilmu umum dan ilmu diniyah, kedekatan
antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan selalu
diketahui dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan senantiasa
diterarpkan karena murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24 jam.
Pembinaan mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan, ucapan, perilaku dan
sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi positif para siswa dapat
terseleksi secara wajar, terciptanya nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas
siswa, komitmen komunitas siswa terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh
secara leluasa, para siswa dan guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai
kesabaran, kebenaran, kasih sayang, dan penanaman nilai-nilai kejujuran,
toleransi, tanggungjawab, kepatuhan dan kemandirian dapat terus-menerus diamati
dan dipantau oleh para guru / pembimbing. Pola-pola pendidikan hendaknya
mengembangan dan menyadarkan siswa terhadap nilai kebenaran, kejujuran,
kebajikan, kearifan dan kasih sayang sebagai nilai-nilai universal yang
dimiliki semua agama.
Pendidikan juga berfungsi untuk memperkuat
keimanan dan ketakwaan secara spesifik sesaui keyakinan agama. Maka setiap
pembelajaran yang dilakukan hendaknya selalu diintegrasikan dengan perihal
nilai di atas, sehingga menghasilkan anak didik yang berkepribadian utuh, yang
bisa mengintegrasikan keilmuan yang dikuasai dengan nilai-nilai yang diyakini
untuk mengatasi berbagai permasalahn hidup dan sistem kehidupan manusia.
Sementara pendidikan di Indonesia selama ini, disadari atau tidak, belum banyak
menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global, karena
persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal
yang belum pernah tuntas. Pendidikan dengan Sistem Boarding School
(perpaduan/integrasi sistem pendidikan pesatren dan madrasah) sebenarnya
afektif untuk mendidik kecerdasan, ketrampilan, pembangunan karakter dan
penanaman nilai-nilai moral peserta didik, sehingga anak didik lebih memiliki
kepribadian yang utuh khas. Karena pendidikan dengan sistem boarding
school antara lain mencakup[2]:
·
Salimun ‘aqidah atau penanaman akidah yang
selamat
·
Sahihul ‘ibadah atau ibadah yang benar
·
Matinul khuluq atau penenaman akhlak terpuji
·
Quadirul ‘alal kasbi atau mengajarkan
kemandirian secara ekonomi
·
Mu’saqaful fikri atau menggugah untuk
berwawasan luas dengan gemar membaca dan menulis
·
Qowiyul jims atau melatih fisik yang kaut
·
Mujahidun lii nafsi atau menanamkan untuk
bersungguh-sungguh menjaga diri
·
Munazomi fii su’unihi atau menanamkan untuk
selalu teratur dalam segala hal
·
Hari’sun ‘alal waqtihi atau menanamkan
untuk selalu menjaga waktu
·
Nafi’un lii gairihi atau bermanfaat bagi
orang lain
3.
Keunggulan Boarding School
Perkembangan zaman di era teknologi informasi
dan kemajuan iptek yang semakin tidak terbendung lagi, pesantren sebagai sebuah
lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial keagamaan, harus
senantiasa melakukan pengembangan, terutama di bidang manajemen dan kurikulum
pendidikan. Pengembangan pesantren tentu tidak terlepas dari adanya pelbagai
kendala yang harus dihadapi. Dewasa ini, dunia secara dinamis telah menunjukkan
perkembangan dan perubahan secara cepat, yang tentunya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap dunia pesantren.
Terkait hal ini, ada beberapa hal yang sedang
dan akan dihadapi pesantren dalam melakukan pengembangannya, yaitu:
Pertama, image pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan
yang tradisional, tidak modern, informal, dan bahkan teropinikan sebagai
lembaga yang melahirkan terorisme, telah mempengaruhi pola pikir masyarakat
untuk meninggalkan dunia pesantren.
Kedua, sarana dan prasarana penunjang yang terlihat
masih kurang memadai. Bukan saja dari segi infrastruktur bangunan yang harus
segera di benahi, melainkan terdapat pula yang masih kekurangan ruangan pondok
(asrama) sebagai tempat menetapnya santri.
Ketiga, sumber daya manusia. Sekalipun sumber daya
manusia dalam bidang keagamaan tidak dapat diragukan lagi, tetapi dalam rangka
meningkatkan eksistensi dan peran pesantren dalam bidang kehidupan sosial
masyarakat, diperlukan perhatian yang serius. Penyediaan dan peningkatan sumber
daya manusia dalam bidang manajemen kelembagaan, serta bidang-bidang yang
berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat, mesti menjadi pertimbangan
pesantren.
Keempat, aksesibilitas dan networking. Peningkatan
akses dan networking merupakan salah satu kebutuhan untuk pengembangan
pesantren. Penguasaan akses dan networking dunia pesantren masih terlihat
lemah, terutama sekali pesantren-pesantren yang berada di pelosok. Ketimpangan
antar pesantren besar dan pesantren kecil begitu terlihat dengan jelas.
Kelima, manajemen kelembagaan. Manajemen merupakan
unsur penting dalam pengelolaan pesantren. Pada saat ini masih terlihat bahwa
pesantren dikelola secara tradisional apalagi dalam penguasaan informasi dan
teknologi yang masih belum optimal.
Keenam, kemandirian ekonomi kelembagaan. Kebutuhan
keuangan selalu menjadi kendala dalam melakukan aktivitas pesantren, baik yang
berkaitan dengan kebutuhan pengembangan pesantren maupun dalam proses aktivitas
keseharian pesantren.
Ketujuh, kurikulum yang berorientasi life skills
santri dan masyarakat. Pesantren masih berkonsentrasi pada peningkatan wawasan
dan pengalaman keagamaan santri dan masyarakat. Apabila melihat tantangan
kedepan yang semakin berat, peningkatan kapasitas santri dan masyarakat tidak
hanya cukup dalam bidang keagamaan semata, tetapi harus ditunjang oleh
kemampuan yang bersifat keahlian[3].
Berangkat dari kenyataan, jelas pesantren di
masa yang akan datang dituntut berbenah, menata diri dalam menghadapi
persaingan “bisnis” pendidikan. Tetapi perubahan dan pembenahan yang dimaksud
hanya sebatas manajemen dan bukan coraknya apalagi berganti baju dari salafiyah
ke mu’asyir (modern), karena hal itu hanya akan menghancurkan nilai-nilai
positif pesantren seperti yang terjadi sekarang ini, lulusannya akeh sing ora
iso ngaji. Idealnya pesantren ke depan harus bisa mengimbangi tuntutan zaman
dengan mempertahankan tradisi dan nilai-nilai kesalafannya.
Sekarang ini, ada dua fenomena menarik dalam
dunia pendidikan di Indonesia yakni munculnya sekolah-sekolah terpadu (mulai
tingkat dasar hingga menengah); dan penyelenggaraan sekolah bermutu yang sering
disebut dengan boarding school. Para murid mengikuti pendidikan reguler dari
pagi hingga siang di sekolah, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan agama atau
pendidikan nilai-nilai khusus di malam hari. Selama 24 jam anak didik berada di
bawah didikan dan pengawasan para guru pembimbing atau pengasuh asrama.
Di lingkungan sekolah ini mereka dipacu untuk
menguasai ilmu dan teknologi secara intensif. Selama di lingkungan asrama
mereka ditempa untuk menerapkan ajaran agama atau nilai-nilai khusus tadi, tak
lupa mengekspresikan rasa seni dan ketrampilan hidup di hari libur. Hari-hari
mereka adalah hari-hari berinteraksi dengan teman sebaya dan para guru.
Rutinitas kegiatan dari pagi hingga malam sampai ketemu pagi lagi, mereka
menghadapi “makhluk hidup” yang sama, orang yang sama, lingkungan yang sama,
dinamika dan romantika yang seperti itu pula. Dalam khazanah pendidikan kita,
sekolah berasrama adalah model pendidikan yang cukup tua.
Pendidikan berasrama telah banyak melahirkan
tokoh besar dan mengukir sejarah kehidupan umat manusia. Kehadiran boarding
school adalah suatu keniscayaan zaman kini. Keberadaannya adalah suatu
konsekwensi logis dari perubahan lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta
cara pandang religiusitas masyarakat. Seperti :
Ø
lingkungan sosial kita kini telah banyak
berubah terutama di kota-kota besar. Sebagian besar penduduk tidak lagi tinggal
dalam suasana masyarakat yang homogen, kebiasaan lama bertempat tinggal dengan
keluarga besar satu klan atau marga telah lama bergeser ke arah masyarakat yang
heterogen. Hal ini berimbas pada pola perilaku masyarakat yang berbeda karena
berada dalam pengaruh nilai-nilai yang berbeda pula.
Ø
keadaan ekonomi masyarakat yang semakin membaik
mendorong pemenuhan kebutuhan di atas kebutuhan dasar seperti kesehatan dan
pendidikan. Bagi kalangan mengengah-atas yang baru muncul akibat tingkat
pendidikan mereka yang cukup tinggi sehingga mendapatkan posisi-posisi yang
baik dalam lapangan pekerjaan berimplikasi pada tingginya penghasilan mereka.
Hal ini mendorong niat dan tekad untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi
anak-anak melebihi pendidikan yang telah diterima orang tuanya.
Ø
cara pandang religiusitas. Masyarakat telah,
sedang, dan akan terus berubah. Kecenderungan terbaru masyarakat perkotaan
sedang bergerak ke arah yang semakin religius. Indikatornya adalah semakin
diminati dan semaraknya kajian dan berbagai kegiatan keagamaan. Modernitas
membawa implikasi negatif dengan adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan ruhani
dan jasmani. Untuk itu masyarakat tidak ingin hal yang sama akan menimpa
anak-anak mereka. Intinya, ada keinginan untuk melahirkan generasi yang lebih
agamis atau memiliki nilai-nilai hidup yang baik mendorong orang tua mencarikan
sistem pendidikan alternatif.[4]
Dari ketiga faktor di atas, sistem pendidikan
boarding school seolah menemukan pasarnya. Dari segi sosial, sistem boarding
school mengisolasi anak didik dari lingkungan sosial yang heterogen yang
cenderung buruk. Di lingkungan sekolah dan asrama dikonstruksi suatu lingkungan
sosial yang relatif homogen yakni teman sebaya dan para guru pembimbing.
Homogen dalam tujuan yakni menuntut ilmu sebagai sarana mengejar cita-cita.
Dari segi ekonomi, boarding school memberikan layanan yang paripurna sehingga menuntut
biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu anak didik akan benar-benar terlayani
dengan baik melalui berbagai layanan dan fasilitas. Dari segi semangat
religiusitas, boarding school menjanjikan pendidikan yang seimbang antara
kebutuhan jasmani dan ruhani, intelektual dan spiritual.
Nampaknya, konsep boarding school menjadi alternatif pilihan
sebagai model pengembangan pesantren yang akan datang. Pemerintah diharapkan
semakin serius dalam mendukung dan mengembangkan konsep pendidikan seperti ini.
Sehingga, pesantren menjadi lembaga pendidikan yang maju dan bersaing dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berbasis pada nilai-nilai
spiritual yang handal.
4.
Lulusan Pendidikan boarding school
Produk atau lulusan
dari perpaduan pondok pesantren dan sekolah atau biasa disebut dengan boarding
school menurut survey dan penelitian oleh lembaga islam yaitu untuk mencetak anak agar menjadi
“Zurriyyah qurrota a’yun” (anak/keturunan yang menyenagkan hati) yang pada
gilirannya akan menjadi “Imam li al-muttaqin” (pengayom bagi orang yang
bertaqwa). Zurriyyah qurrota a’yun adalah kader-kader yang akan menjadi Imam li
al-muttaqin. Imam li al muttaqin memiliki dua cirri yaitu Itba’ syari’atillah
(mengikuti ajaran Allah yang tertuang dan terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah
Rasulullah) sekaligus Itba’ sunnatillah (mengikuti aturan-aturan Allah yang
berlaku di alam semesta ini). Profil orang-orang yang itba’syari’atillah
adalah:
1. Mereka
senantiasa membaca Al-Qur’an dan sunnah dan berusaha memahami ajaran Allah yang
terkandung di dalamnya serta berusaha menghayatinya.
2. Mereka dapat
memposisikan diri sebagai pelaku (actor) ajaran islam, bukan hanya pemikir atau
penalar, tetapi juga menjadi pelaku yang setia, karena pada dasarnya agama
islam adalah bukan sekedar intelektual, tetapi justru sebagai agama amal.
3. Mereka memiliki
komitmen yang tinggi terhadap ajaran dan nilai-nilai islam
4. Mereka siap
berdedikasi dalam rangka menegakkan ajaran dan nilai-nilai islam yang rahmatan
lil ‘alamin. Karena itulah, profil orang-orang yang itba’ syari’atillah adalah
mereka yang memiliki kemantapan akidah, kedalaman spiritual dan keunggulan
moral, serta siap berjuang dan berdedikasi dalam menegakkan ajaran islam dan
nilai-nilai islam yang universal[5].
Disamping itu, orang
yang bertakwa juga sekaligus harus itba’ sunnatillah. Profil yang itba’
sunnatillah adalah:
a. Mereka
berusaha membaca dan memahami fenomena alam, fenomena social, dan fenomena
lainnya.
b. Agar mereka dapat memahami sunnatullah,
maka mereka harus mempelajari IPA, IPS, MATEMATIKA, Bahasa asing, dll., gemar
melakukan penelitian sehingga memiliki daya analisis yang tajam.
c. Mereka
senantiasa berusaha membangun kepekaan intelektual serta kepekaan informasi.
Karena masing-masing memiliki individu yang
bakat, kemampuan dan minat tertentu, maka dalam itba’ sunnatillah perlu
melakukan pengembangan diri sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan
masing-masing. Sedangkan menurut M. M. Billah yang dikutip oleh A. Tafsir
mengemukakan bahwa tipe produk dari lembaga yang memadukan pesantren dan
sekolah yaitu:
1) Religius
Skillfull People, yaitu insan muslim yang akan menjadi tenaga-tenaga
terampil, ikhlas, cerdas mandiri, tetapi sekaligus mempunyai iman yang teguh
dan utuh sehingga religious dalam sikap dan perilaku, yang akan mengisi
kebutuhan tenaga kerja di dalam berbagai sector pembangunan.
2) Religius
Community Leader, yaitu insan Indonesia yang ikhlas, cerdas dan mandiri dan
akan menjadi penggerak yang dinamis di dalam transformasi sosial budaya
(madani) dan sekaligus menjadi benteng terhadap ekses negative pembangunan dan
mampu membawakan aspirasi masyarakat, dan melakukan pengendalian social.
3) Religius
Intelektual, yang mempunyai integritas kukuh serta cakap melakukan analisa
ilmiah dan cocern terhadap masalah-masalah sosial. dalam dimensi sosialnya,
pondok pesantren dapat menempatkan posisinya sebagai lembaga kegiatan
pembelajaran masyarakat yang berfungsi menyampaikan teknologi baru yang cocok
buat masyarakat sekitar dan memberikan layanan social dan keagamaan, sekaligus
pula memfungsikan sebagai laboratorium social, dimana pondok pesantren
melakukan eksperimentasi pengembangan masyarakat, sehingga tercipta keterpaduan
hubungan antara pondok pesantren dan masyarakat secara baik dan harmonis,
saling menguntungkan dan saling mengisi[6].
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Boarding school terdiri
dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding berarti asrama. Dan school
berarti sekolah. Boarding School adalah sistem sekolah berasrama, dimana
peserta didik dan juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang
berada dalam satu lingkungan.
Lembaga pendidikan boarding school merupakan lembaga
pendidikan yang memadukan sistem pendidikan pesantren dan sekolah sehingga dapat
dijadikan solusi bagi para orang tua yang menginginkan anaknya dapat memahami
pengetahuan bukan hanya pada pengetahuan umum tetapi juga pengetahuan agama.
Boarding school adalah salah satu dari model pendidikan terpadu. Dengan adanya
boarding school, keinginan orang tua mendapatkan sekolah berkualitas didukung
tempat tinggal yang bagus bagi anak-anaknya dapat terpenuhi. Dan ada beberapa
keuntungan dari penyelenggaraan model boarding school ini:
1. Pertama, bagi orang tua yang
keduanya sibuk bekerja adalah suatu nilai lebih tersendiri karena anak telah
tertangani oleh para praktisi pendidikan. Hal ini lebih baik untuk perkembangan
pendidikan dari pada berada di lingkungan rumah yang kurang mobilitas dan
penanaman disiplinya, juga terhindar dari pengaruh buruk media maupun
lingkungan masyarakat yang cenderung masif dan merusak.
2. Kedua, bagi siswa, kemungkinan besar
lebih terkondisi oleh lingkungan sekolah melalui pembinaan akhlaq dari para
tenaga pendidik yang ahli sepanjang waktu terutama sela-sela tertentu, seperti
waktu shalat, menjelang istirahat, dan selesai fajar. Di waktu itulah siswa
mengenal hakikat kehidupan lewat pendekatan para pengasuhnya.
Ketiga, siswa lebih terjaga dari efek buruk
lingkungan diluar pesantren/sekolah terutama di jalan raya yang hampir setiap
hari jam pulang sekolah terjadi tawuran pelajar. Lingkungan pesantren lebih steril
dari berbagai hal negatif, terutama diwaktu-waktu senggang. Ditambah lagi tetap
dalam pengawasan sepanjang hari melalui para ustadz yang senantiasa
mensosialisasikan kehidupan yang Islami
[2] http://michailhuda.multiply.com/journal/item/57/Sistem_Pendidikan_Boarding_School_Efektif
[3] Muzayyin Arifin. Op.cit. Hal 46
[4]http://michailhuda.multiply.com/journal/item/57/Sistem_Pendidikan_Boarding_School_Efektif_Untuk_Pendidikan_Karakter_Bulding?&show_interstitial
[5] Muhaimin, op. cit. 107
[6] A
tafsir, dkk. Cakrawala pemikiran pendidikan islam. Bandung; mimbar
pustaka.2004.hal 212
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
ucuz takipçi
ucuz takipçi
tiktok izlenme satın al
binance güvenilir mi
okex güvenilir mi
paribu güvenilir mi
bitexen güvenilir mi
coinbase güvenilir mi
mmorpg oyunlar
INSTAGRAM TAKİPÇİ SATIN AL
Tiktok jeton hilesi
Tiktok jeton hilesi
Sac ekimi antalya
TAKİPCİ SATIN AL
İnstagram Takipçi Satın Al
metin2 pvp serverlar
instagram takipçi satın al
Smm panel
smm panel
İs ilanlari blog
instagram takipçi satın al
hirdavatciburada.com
beyazesyateknikservisi.com.tr
SERVİS
TİKTOK HİLE İNDİR
Posting Komentar