Selasa, 10 Juni 2014

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

            Peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung kemampuan manajerial  para kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang maju dari tahun ke tahun. Kerena itu, hubungan baik antar guru perlu diciptakan akan terjalin iklim dan suasana kerja yang kondusif dan menyenangkan. Demikian halnya penataan penampilan fisik dan manajemen sekolah perlu dibina agar sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang dapat menumbuhkan kreatifitas., disiplin, dan semangat belajar peserta didik. Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya implementasi MBS.

            Untuk mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah secara efektif dan efisien, kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan, dan pandangan luastentang sekolah dan pendidikan. Lebih lanjut lagi, kepala sekolah dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai menejer sekolah dalam meningkatkan proses belajar-mengajar, dengan melakukan supervisi kelas, membina, dan memberikan saran-saran positif kepada guru. Di samping itu, kepala sekolah juga harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran, dan studi banding antarsekolah untuk menyerap kiar-kiat kepemimpinan dari kepala sekolah yang lain. 
Dalam mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisen, guru juga harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas. Guru adalah teladan dan panutan langsung para peserta didik di kelas. Oleh karena itu, guru perlu siap dengan segala kewajiban, baik manajemen maupun persiapan isi materi pengajaran.

A.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas didapat beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai berikut.
1.      Apa sajakah definisi  Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
2.      Apa saja Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
3.      Seperti apa strategi implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
B.       Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, didapat tujuan penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui apa sajakah definisi  Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
2.      Untuk mengetahui Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
3.      Untuk mengetahui Seperti apa strategi implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi  Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

MBS berasal dari kita kata yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Jadi, dapat disimpulkam MBS adalah suatu manajemen yang menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar atau asas. Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberikan pelajaran. Berdasarkan makna leksikal tersebut MBS dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran.
Menurut Mulyasa, (2004:11) MBS merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijaka n sekolah dalam rangka meningkatkan mutu dan  efisiensi pendidikan agar dapat mengakomodasi kenginginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah.
Dalam konteks manajemen pendidikan menurut MBS, berbeda dari manajemen pendidikan sebelumnya yang semua serba diatur dari pemerintah pusat. Sebaliknya, manajemen pendidikan model MBS ini berpusat pada sumber daya yang ada disekolah itu sendiri. Dengan demikian, akan terjadi perubahan paradigma manajemen sekolah, yaitu yang semula diatur oleh birokrasi di luar sekolah menuju pengelolaan yang berbasis pada potensi internal sekolah itu sendiri. 

B.     Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Sepuluh prinsip Manajemen Berbasis Sekolah.
1.      Keterbukaan, yakni manajemen dilakukan secara terbuka (transparan).
2.      Kebersamaan, yakni manajemen dilaksanakan secara bersama-sama oleh pihak sekoloah dan masyarakat.
3.      Berkelanjutan, yakni manajemen dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan tanpa dipengaruhi oleh pergantian kepala sekolah.
4.      Menyeluruh, artinya manajemen dilakukan secara menyeluruh menyangkut seluruh komponen yang menjunjung dan mempengaruhi pencapaian tujuan.
5.      Pertanggung jawaban, berarti dapat dipertanggung jawabkan ke orang tua/wali siswa, masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan.
6.      Demokratis, yakni keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah antar komponen sekolah dengan masyarakat.
7.      Kemandirian, yang sekolah memiliki prakarsa atau inisiatif, dan inovasi dalam rangka mencapai tujuan.
8.       Berorientasi pada mutu, artinya upaya-upaya yang dilakukan sekolah selalu berdasarkan pada peningkatan mutu pendidikan.
9.      Pencapaian standar pelayanan minimal (SPM) berarti manajemen sekolah tersebut untuk mencapai standar pelayanan sekolah (SPM) secara total, bertahap dan berkelanjutan.
10.  Pendidikan untuk semua, artinya semua anak memiliki hak memperoleh layanan pendidikan yang sama.

Menurut Nurkolis teori yang digunakan MBS untuk mengelola sekolah didasarkan atas empat prinsip.
1.       Prinsip ekuifinalitas (principle of equifinality), yaitu prinsip yang didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi bahwa terdapat beberapa cara yang berbeda untuk mencapai tujuan. MBS menekankan fleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga sekolah menurut kondisi mereka masing-masing. 
2.       Prinsip desentralisasi (prinsiple of decentralization), yaitu gejala yang penting dalam reformasi manaemen sekolah modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip ekuifinalitas. Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah da aktivitas pengajaran tak dapat dielakkan dari kesulitan dan permasalahan. Pendidikan adalah masalah yang rumit dan kompleks sehingga memerlukan desentralisasi dalam pelaksanaannya.
3.       Prinsip pengelolaan mandiri (principle of self managing system). MBS tidak mengingkari bahwa perlu mencapai tujuan-tujuan berdasarkan suatu kebijakan yang telah ditetapkan, tetapi terdapat berbagai cara yang berbeda-beda untuk mencapainya. MBS menyadari pentingnya untuk mempersilahkan sekolah menjadi sistem pengelolaan secara mandiri di bawah kebijakannya sendiri. Sekolah memiliki otonomi tertentu untuk mengembangkan tujuan pengajaran, strategi manajemen, distribusi sumber daya manusia dan sukmber daya lainnya dan mencapai tujuan sesuai dengan kondisi mereka masing-masing.
4.       Prinsip inisiatif manusia (principle of human initiative) sejalan dengan perkembangan pergeakan hubungan antar manusia dan pergerakan ilmu perilaku pada manajemen modern, orang mulai menaruh perhatian serius pada pengaruh penting faktor manusia pada efektivitas organisasi. Prinsip ini mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis melainkan dinamis. Oleh karena  itu, perlu digali, dan dikembangkan. Perspektif sumber aya manusia menekankan bahwa orang adalah sumber daya berharga dalam organisasi, sehingga poin utama manajemen adalah mengembnagkan sumber daya manusia di dalam sekolah untuk berinisiatif. Berdasarkan prespektif ini maka MBS bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah agar dapat  bekerja dengan aik dan mengembangkan potensinya (Nurkolis, 2005:55)

C. Strategi Implementasi MBS
Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang professional untuk mengoprasikan sekolah, dan yang cukup agar sekolah mampu menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar, serta dukungan orang tua siswa atau masyarakat yang tinggi.
Menurut Nurkolis, pada dasarnya tidak ada satu strategi khusus yang jitu dan bisa menjamin keberhasilan Implementasi MBS di semua tempat dan kondisi. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa implementasi MBS akan berhasil melalui strategi-strategi sebagai berikut.
·         Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu: otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan secara berkeseimbangan, akses informasi ke segala bagian, dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berprestasi atau berhasil.
·         Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan interuksional serta non-instruksional
·         Adanya kepemimpinan sekolah yang kuat sehingga mampu menggerakkan dan mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif terutama kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum.
·         Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif.
·         Semua pihak harus menyadari peran serta tanggung jawabnya secara sunggu-sungguh.
·         Adanya quidelines dari Departemen pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien.
·         Sekolah harus memiliki transparansi dalam laporan pertanggung jawaban setiap tahunnya.
·         Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa.
·         Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep MBS, identifikasi peran masing-masing, pembangunan kelembagaan, mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran evaluasi atas pelaksanaan di lapangan, dan dilakukabn perbaikan-perbaikan (Nurkolis, 2005:132 – 134)
Sementara menurut Slamat P.H (2001) (dikutip dalam Nurkolis, 2005:135) menjelaskan bahwa pelaksanaan MBS merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus dan melibatkan semua unsur yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, strategi yang ditempuh adalah sebagai berikut.
·         Mensosialisasikan konsep MBS ke seluruh warga sekolah melalui seminar, diskusi, forum ilmiah, dan media masa
·         Melakukan analisis situasi sekolah dan luar sekolah yang hasilnya berupa tantangan nyata yang harus dihadapi oleh sekolah dalam rangka mengubah manajemen berbasis pusat ke MBS.
·         Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai dari pelaksanaan MBS, berdasarkan tantangan yang dihadapi.
·         Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu diperlukan untuk mencapi tujuan situasional dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapan 
·         Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktor nyata melalui analisis.
·         Memilih langkah-langkah pemecahan persoalan yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap.
·         Membuat rencana jangka pendek, menengah, panjang  beserta program-programnya untuk merealisasikan rencana tersebut.
·         Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek MBS
·         Melakukan penentuan terhadap proses dan evaluasi terhadap hasil MBS (Nurkolis, 2004:136)
·         Sehubungan dengan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam rangka desentralisasi pendidikan di Indonesia, maka keberhasilan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sedikitnya dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu efektivitas, efisiensi dan produktivitas (Mulyasa, 2004:81)
Efektivitas berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapai tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan. Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagaimana efektivitas pendidikan pada umumnya, berarti bagaimana Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berhasil melaksanakan semua tugas pokok sekolah, manjalin partisipasi masyarakat, mendapat dan memanfaatkan sumber dana, sumber daya,  dan sumber belajar (sarana dan prasarana) untuk mewujudkan tujuan sekolah. Efisiensi yakni perbandingan antara input atau sumber daya dengan output. Artinya suatu kegiatan dikatakan efisien jika tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan sumber daya yang minimal. Sedangkan produktivitas dalam dunia  pendidikan yakni keseluruhan minimal. Sedangkan produktivitas dalam dunia pendidikan yakni keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Jadi, implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di samping dilihat dari segi efektivitas, juga perlu dianalisi dari segi efisiensi untuk melihat produktivitas.

Lebih lanjut Mulyasa (2004:59) mengemukakan, agar impelementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat diterapkan secara menyeluruh di Indonesia pada umumnya dan di kabupaten/propinsi pada khususnya terkait kondisi sekolah pada saat krisis sekarang ini sangat bervariasi di lihat dari segi kualitas, lokasi sekolah dan partisipasi masyarakat (orang tua). Dan kondisi inilah tampaknya yang akan menjadi permasalahan yang rumit dan harus di prioritaskan penyelesaiannya pasca krisis. Oleh karena itu, agar manejemen berbasis sekolah (MBS) dapat di implementasikan secara optimal, baik krisis maupun pada pasca krisis dimasa mendatang, perlu adanya strategi dalam penerapannya.

1) Pengelompokan Sekolah    
Dalam rangka implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) perlu dilakukan pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan menejemen dengan mempertimbangkan kondisi, lokasi dan kualitas sekolah. Dalam hal ini ditemukan tiga kategori sekolah, yaitu baik, sedang, dan kurang yang tersebar di lokasi-lokasi maju, sedang, dan ketinggalan. Kondisi di atas mengisyaratkan bahwa tingkat kemampuan menejemen sekolah untuk mengimplementasikan menejemen berbasis sekolah (MBS) berbeda satu kelompok sekolah dengan kelompok lainnya. Kelompok-kelompok sekolah tersebut dapat digambarkan seperti tabel berikut.




Tabel 1. Kelompok Sekolah Dalam MBS
Kemampuan sekolah
Kepala sekolah dan guru
Partisipasi masyarakat
Pendapatan daerah dan orang tua
Anggaran sekolah
1.  Sekolah dengan kemampuan manajemen tinggi
Kepala sekolah dan guru kompetensi tinggi (termasuk kepemimpinan)
Partisipasi masyarakat tinggi (termasuk dukungan dana)
Pendapatan daerah dan orang tua tinggi
Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah besar
2.  Sekolah dengan kemampuan manajemen sedang
Kepala sekolah dan guru kompetensi sedang (termasuk kepemimpinan)
Partisipasi masyarakat sedang (termasuk dukungan dana)
Pendapatan daerah dan orang tua sedang
Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah sedang
3.      Sekolah dengan kemampuan manajemen rendah
Kepala sekolah dan guru kompetensi rendah (termasuk kepemimpinan)
Partisipasi masyarakat rendah (termasuk dukungan dana)
Pendapatan daerah dan orang tua rendah
Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah kesil atau tidak ada

2) Pentahapan implementasi menejemen berbasis sekolah (MBS)    
            Sebagai suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan, selain perlu memperhatikan kondisi sekolah, implementasi MBS juga memerlukan pentahapan yang tepat atau harus dilakukan secara bertahap. Penerapan Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) secara menyeluruh sebagai realisasi desentralisasi pendidikan memerlukan perubahan-perubahan mendasar terhadap aspek-aspek yang menyangkut keuangan, ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasarana, serta partisipasi masyarakat. 
Dalam kaitannya dengan pertahapan impelementasi menejemen berbasis sekolah (MBS) ini, secara garis besar, fattah, 2000 (dikutip mulyasa, 2004:62 ) membaginya menjadi tiga tahap yaitu: sosialisasi, piloting, dan desiminasi.           
Tahap sosialisasi merupakan tapahan penting mengingat masyarakat Indonesia pada umumnya tidak mudah menerima perubahan, tahap piloting merupakan tahap uji coba agar penerapan Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) tidak mengandung resiko, efektivitas model uji coba memerlukan persyaratan dasar, yiatu akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas dan sustainabilitas.
Tahap poling merupakan tahap uji-coba agar penerapan konsep MBS tidak mengandung risiko. Efektifitas model uji-coba ini memerlukan persyaratan dasar, yaitu akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas, dan sustainabilitas. Akseptabilitas artinya adanya penerimaan dari para tenaga kependidikan, khususnya guru dan kepala sekolah. Akuntabilitas artinya program MBS harus dapat dipertanggungjawabkan, baik secara konsep, operasional, pendanaannya. Reflikabilitas artinya model MBS yang diuji-cobakan dapat direfleksikan di sekolah lain sehingga perlakuan yang diberikan kepada sekolah uji-coba dapat dilaksanakan di sekolah lain. Sustainbilitas artinya program tersebut dapat dijaga kesimangbungannya setelah uji0coba dilaksanakan.
Tahap diseminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model menejemen MBS yang telah di uji cobakan ke berbagai sekolah agar dapat mengimplementasikannya secara efektifitas dan efisien.         

3) Perangkat implementasi Menejemen Berbasis Sekolah
Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) memerlukan seperangkat peraturan dan pedoman-pedoman (guidelines) umum yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi serta laporan pelaksanaan. Prangkat implementasi ini diperkenalkan sejak awal, melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sejak pelaksanaan jangka pendek.
Rencana sekolah meruppakan salah satu perangkat terpenting dalam pengelolaan MBS. Rencana sekolah merupakan perencanaan sekolah untuk jangka waktu tertentu yang disusun oleh sekolah sendiri bersama dewan sekolah. Adapun yang terkandung dalam rencana tersebut adalah visi dan misi sekolah, tujuan sekolah, dan prioritas-prioritas yang akan dicapai, serta strategi-strategi untuk mencapainya.

4) Tujuan dan Alasan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 
   a. Tujuan Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Manajemen Berbasis Sekolah yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respons pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan.
Peningkatan efisiensi, dapat diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu, dapat diperoleh melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, dan berlakunya sistem intensif dan disintensif. Sedangkan partisipasi masyarakat memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada sebagian masyarakt tumbuh rasa kepemilikikan yang tinggi terhadap sekolah.
Sementara Suryosubroto (2004:2006 dikutip dari www.sarjanaku.com) menjelaskan bahwa konsep Manajemen Berbasis Sekolah memiliki tujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, mutu, dan peningkatan pemerataan pendidikan.
Sementara itu, Nurkolis (2005:23) menjelaskan bahwa tujuan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah untuk kualitas pembelajaran, kualitas Kurikulum, kualitas sumber daya manusia baik guru maupun tenaga kependidikan lainnya, dan kualitas pelayanan secara umum. Bagi sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraannya pula.

b. Alasan Implementasi Menejemen Berbasis Sekolah          
Menurut bank dunia (dalam Nurkolis dikutip dari www.sarjanaku.com) terdapat beberapa alasan diterapkannya MBS, yaitu alasan ekonomis, politis, profesional, efisiensi administrasi finansial, prestasi siswa, akuntabilitas, dan efektivitas sekolah.
Alasan ekonomis seperti dijelaskan Nurkolis mengutip pendapatnya King dan Ozler (1998) bahwa manajemen total dirasakan lebih efektif, karena semakin ketingkat lokal keputusan diambil, semakin besar kedekatan mereka dengan para pelanggan.
Alasan politis, MBS sebagai bentuk reformasi desentralisasi yang mendorong adanya partisipasi demokratis kestabilan politik. Alasan profesional bahwa tenaga kerja sekolah harus berpengalaman dan memiliki keahlian untuk membuat keputusan pendidikan yang paling sesuai untuk sekolah terutama untuk para siswa.
Alasan efisiensi administrasi karena pengalokasian sumber daya dilakukan oleh sekolah itu sendiri. Data efisiensi administrasi juga didapat apabila partisipan lokal membuat keputusan sendiri. Alasan finansial, karena MBS dapat dijadikan alat untuk meningkatkan sumber pendanaan lokal.
Alasan prestasi siswa, peningkatan prestasi belajar siswa terjadi apabila orang tua siswa atau  guru tetapi otoritas dari sekolah, maka iklim sekolah atau berubah dalam mendukung pencapaian prestasi siswa.
Alasan akuntabilitas sekolah, akan terjadi apabila ada keterlibatan aktor-aktor sekolah dalam pengambilan keputusan dan pelaporannya.
Alasan efektifitas sekolah, penerapan manajemen berbasis sekolah juga untuk mewujudkan sekolah efektif. Mereka mengeksploitasi bagaimana MBS mengarah pada peningkatan karakteristik kunci sekolah efektif yang meliputi kepemimpinan yang kuat, guru-guru yang terampil dan memiliki komitmen, meningkatkan fokus pada pembelajaran dan rasa tanggung jawab terhadap hasil. (Nurkolis, 2004:23). 





BAB III
KESIMPULAN

 MBS berasal dari kita kata yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Jadi, dapat disimpulkam MBS adalah suatu manajemen yang menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran sedangkan berdasarkan makna leksikal tersebut MBS dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran

Agar manejemen berbasis sekolah (MBS) dapat di implementasikan secara optimal, baik krisis maupun pada pasca krisis dimasa mendatang, perlu adanya strategi dalam penerapannya maka perlu dilakukan tahapan-tahapan diantaranya dengan  melakukan pengelompokan sekolah, pentahapan implementasi menejemen berbasis sekolah (MBS), perangkat implementasi Menejemen Berbasis Sekolah, Tujuan dan Alasan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 




DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurkolis. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Grasindo.
http://noviswan.blogspot.com/2013/01/management-by-objective-mbo-dalam.html
lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter.../06920015-siti-mardiyatul-khoiriyah.ps
(manaj strategi)

Sukadi dalam majalah Fasilitator III, 2003:22 dikutip dariwww.sarjanaku.com

1 komentar:

Unknown mengatakan...

terimaksih penjelasannya tentang iplementasi manajemen pendidikan, sngat bermanfaat

Posting Komentar